13/11/2025

Industri Jasa Keuangan Bali-Nusra Stabil, Kredit dan DPK Tumbuh Positif hingga Mei 2025

 Industri Jasa Keuangan Bali-Nusra Stabil, Kredit dan DPK Tumbuh Positif hingga Mei 2025

Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, menyampaikan sambutan dalam Rapat Koordinasi Satgas PASTI Semester I Tahun 2025 di Denpasar (18/6).

DENPASAR (Dewannews.com) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali menyampaikan bahwa kinerja Industri Jasa Keuangan (IJK) di wilayah Bali dan Nusa Tenggara (Bali-Nusra) tetap stabil dan tumbuh positif hingga posisi Mei 2025. Ketahanan ini tercermin dari pertumbuhan penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), dan kualitas intermediasi yang terjaga meskipun tekanan ekonomi global masih berlangsung.

“Industri jasa keuangan di Bali dan Nusa Tenggara menunjukkan resiliensi yang kuat. Pertumbuhan kredit dan DPK terus meningkat, didukung oleh permodalan yang solid, likuiditas yang memadai, dan risiko yang dikelola dengan baik,” jelas Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, dalam keterangan resminya, Jumat (11/7).

Baca Juga:  Idul Adha Berbagi, PLN Distribusikan Daging Kurban ke Seluruh Indonesia

Kredit Tumbuh, UMKM Masih Mendominasi

Per Mei 2025, penyaluran kredit di Bali-Nusra tercatat mencapai Rp236,53 triliun, tumbuh 7,74 persen secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ini lebih tinggi dibanding April 2025 yang sebesar 6,74 persen yoy.

Sebesar 58,29 persen kredit disalurkan untuk sektor produktif: 33,23 persen untuk modal kerja dan 25,06 persen untuk investasi. Kredit investasi tumbuh paling tinggi sebesar 33,47 persen yoy, naik dari April 2025 yang tumbuh 31,50 persen.

“Peningkatan kredit investasi ini mencerminkan tingginya optimisme pelaku usaha terhadap prospek ekonomi di wilayah Bali dan Nusa Tenggara,” kata Kristrianti.

Baca Juga:  Dorong Transparansi, OJK dan IAI Tetapkan Panduan Akuntansi Aset Kripto Sesuai SAK Indonesia

Sektor dominan penyalur kredit adalah sektor bukan lapangan usaha (41,71 persen) dan sektor perdagangan besar serta eceran (23,92 persen). Di Bali, pertumbuhan tertinggi datang dari sektor akomodasi dan makan-minum dengan kenaikan Rp2,1 triliun (18,12 persen yoy). Di NTB, sektor pertambangan melonjak Rp6,27 triliun (58,22 persen yoy), sedangkan di NTT, sektor non-usaha menyumbang peningkatan Rp1,44 triliun (5,62 persen yoy).

Sementara itu, UMKM tetap menjadi prioritas, menyerap 42,21 persen dari total kredit, meskipun pertumbuhannya sedikit melandai menjadi 1,57 persen yoy.

Baca Juga:  Tingkatkan Literasi Keuangan Generasi Muda, OJK Bali gelar LMSKU OJK Championshi 2024

DPK dan Likuiditas Terjaga

Di sisi penghimpunan dana, DPK per Mei 2025 mencapai Rp283,67 triliun, tumbuh 7,70 persen yoy, lebih tinggi dari April 2025 (6,46 persen yoy). Pertumbuhan ini ditopang oleh kenaikan nominal tabungan sebesar Rp11,62 triliun dan deposito sebesar Rp6,2 triliun.

Fungsi intermediasi tercermin dari rasio Loan to Deposit (LDR) yang tercatat 83,38 persen, relatif stabil dibandingkan periode sebelumnya. Sementara itu, permodalan BPR juga terjaga, di mana Capital Adequacy Ratio (CAR) tertinggi ada di NTB (47,38 persen), disusul NTT (45,68 persen), dan Bali (33,84 persen).

Baca Juga:  Pemkot Denpasar Dukung Pelaksanaan Musprovlub WHDI Provinsi Bali, Kuatkan Perempuan Hindu Dalam Kesetaraan Gender

“Tingginya rasio kecukupan modal menjadi bantalan penting bagi perbankan dalam menghadapi ketidakpastian ekonomi global,” ujar Kristrianti.

Non Performing Loan (NPL) gross berada di angka 3,20 persen, masih dalam batas aman dan hanya sedikit meningkat dibandingkan April 2025.

Namun demikian, Kristrianti mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap risiko pasar dan kredit, terutama karena tingginya suku bunga global dan potensi tekanan dari luar negeri.

“Kami mendorong perbankan terus melakukan stress test dan menjaga coverage CKPN serta PPAP agar tetap memadai,” tegasnya.

Baca Juga:  OJK Gelar Governansi Insight Forum, Tegakkan Integritas Tekan Resiko Korupsi

Pasar Modal Tumbuh, Pembiayaan Terus Meningkat

Jumlah investor pasar modal di Bali dan Nusa Tenggara juga menunjukkan pertumbuhan menggembirakan. Pada April 2025, tercatat 258.052 investor saham, meningkat 25,67 persen yoy. Investor reksa dana tumbuh 20,92 persen, dan investor SBN naik 16,99 persen yoy. Nilai transaksi saham naik signifikan menjadi Rp3,17 triliun, tumbuh 31,57 persen yoy.

Sementara itu, piutang pembiayaan dari perusahaan pembiayaan mencapai Rp19,42 triliun, tumbuh 7,61 persen yoy, meski laju pertumbuhannya sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Non Performing Financing (NPF) masih terjaga rendah di angka 1,51 persen, sementara NPF modal ventura menurun menjadi 7,60 persen.

Baca Juga:  Kemenkop RI Serahkan Daftar Koperasi Jasa Keuangan ke OJK, Era Baru Pengawasan Dimulai

Edukasi dan Pelindungan Konsumen Terus Diperkuat

OJK juga gencar menjalankan edukasi dan inklusi keuangan di wilayah Bali dan Nusa Tenggara. Hingga Juni 2025, tercatat 137 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau lebih dari 14.800 peserta secara langsung dan 230.000 orang secara daring.

“Kami menargetkan literasi keuangan merata, termasuk bagi kelompok rentan seperti penyandang disabilitas dan masyarakat di daerah 3T,” terang Kristrianti.

Edukasi dilakukan melalui program SiMolek, 1–5 km Care, pelatihan UMKM, edukasi pelajar lewat program KEJAR (Satu Rekening Satu Pelajar), serta kolaborasi dengan universitas melalui KKN Literasi dan Inklusi Keuangan.

Baca Juga:  Dr. Mirah Purnama Sari, Simbol Ketekunan dan Inspirasi Akademisi Muda

Selain itu, hingga Juni 2025, OJK Bali dan Nusa Tenggara menerima 849 pengaduan konsumen, dengan 616 pengaduan telah selesai ditindaklanjuti. Layanan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) juga dimanfaatkan oleh 11.395 orang sepanjang tahun ini.

“Kami optimis sistem keuangan di Bali dan Nusa Tenggara akan terus stabil dan tumbuh sehat, seiring kolaborasi OJK dengan BI, LPS, pemerintah daerah, dan pelaku industri,” tutup Kristrianti Puji Rahayu. (r)