02/12/2025

“Amrih Sukaning Rat”, Suara Dharma yang Membius Penonton Taman Penasar Duta Badung 2025

 “Amrih Sukaning Rat”, Suara Dharma yang Membius Penonton Taman Penasar Duta Badung 2025

Penampilan memukau Sanggar Seni Werdhi Budaya Desa Adat Kelan di ajang Wimbakara Taman Penasar PKB XLVII 2025, di Kalangan Angsoka, Jumat (27/06/2025).

DENPASAR (Dewannews.com) – Siang itu, panggung Kalangan Angsoka disulap menjadi ruang penuh getaran spiritual dan keindahan seni. Alunan kidung, denting gamelan, dan syair-syair suci berpadu menghipnotis penonton. Adalah Sanggar Seni Werdhi Budaya dari Desa Adat Kelan, Kecamatan Kuta, yang membawakan sebuah mahakarya bertajuk “Amrih Sukaning Rat”—sebuah pertunjukan yang tak hanya menghibur, tapi juga mengetuk kesadaran.

Di ajang Wimbakara Taman Penasar, Pesta Kesenian Bali (PKB) XLVII Tahun 2025,di Kalangan Angsoka, Jumat (27/06/2025) sekaa ini tampil begitu memukau, membius penonton dengan kekuatan suara tembang dan narasi yang relevan dengan kehidupan masyarakat Bali masa kini.

Baca Juga:  Program GEMARIKAN Siap Dongkrak Gizi dan Lawan Stunting

Kisah yang Menyentil Realita

“Amrih Sukanikang Rat” bercerita tentang dinamika masyarakat Bali yang hidup di tengah derasnya arus pariwisata. Di satu sisi, mereka berjuang memenuhi kebutuhan ekonomi, namun di sisi lain, panggilan untuk menjaga adat dan spiritual tak bisa diabaikan.

“Ini realita yang kami angkat. Bagaimana generasi Bali ditantang untuk tetap menjaga harmoni antara adat, spiritual, dan ekonomi,” ujar I Nyoman Wija Widastra Akah Canging, pembina tembang sekaligus dalang cerita dalam pementasan ini.

Alur cerita dimulai dari sebuah desa yang warganya masih aktif ngayah, menyiapkan tabuh dan tembang untuk upacara di pura. Namun, konflik muncul saat seorang warga bernama I Wayandatang dengan kemarahan. Ia merasa terganggu oleh suara latihan, menganggap yadnya dan ngayah hanyalah buang-buang waktu di tengah tuntutan hidup yang semakin tinggi.

Baca Juga:  Badung Jadi Tuan Rumah The 14th Bali International Choir Festival 2025

Suara yang Menyentuh Jiwa

Konflik itu tak berakhir dengan pertengkaran. Sebaliknya, para anggota Seka Santhi dan Jro Kelian menjawab dengan kelembutan. Mereka melantunkan Kidung Kekawin, Palawakia, Sloka, hingga Sekar Alit—bukan sekadar seni, tapi sebagai jalan dharma. Pesan spiritual disampaikan dengan tembang-tembang yang merasuk kalbu.

“Intinya, hidup ini bukan semata mencari materi. Kita harus menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Kalau tidak, kehancuran yang menanti,” tegas Wija Widastra.

Alur yang mengalir, ditopang tembang-tembang syahdu dan dialog penuh makna, membuat penonton larut. Tak sedikit yang tampak mengangguk-angguk, hanyut dalam pesan yang disampaikan. Tepuk tangan pecah berkali-kali, mengiringi puncak-puncak pertunjukan.

Baca Juga:  Lomba Tapel Ogoh-ogoh Mangucita 2025: Lahirkan Kreator Muda Berbakat

Akhir yang Menggetarkan Kesadaran

Di penghujung cerita, kesadaran pun menyapa. I Wayan, yang semula menolak ngayah, akhirnya luluh. Ia sadar bahwa yadnya dan ngayah bukanlah beban, melainkan sumber ketenangan batin dan harmoni hidup. Sebuah pelajaran bahwa keseimbangan antara duniawi dan spiritual adalah kunci menuju Jagat Ketih—harmoni semesta.

Foto bersama usai pertunjukan: para seniman Sanggar Werdhi Budaya bersama Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Jro Bendesa Adat Kelan, tokoh adat dan para pembina.

Latihan 6 Bulan Berbuah Gemilang

Pementasan megah ini adalah hasil latihan intensif selama 6 bulan, digarap secara serius oleh tim kreatif di bawah koordinasi I Gusti Made Dharma Putra, dengan pembina tabuh I Wayan Gitanjaya dan I Wayan Adi Wiguna, serta pembina tembang I Nyoman Wija Widastra Akah Canging dan Putu Raka Wijana.

Baca Juga:  Festival Balinale 2025 Cetak Sejarah! Satu-Satunya di Indonesia yang Berkualifikasi Oscar

Apresiasi dan Dukungan Penuh

Kepala Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, Drs. I Gde Eka Sudarwitha, S.Sos., memberi apresiasi tinggi. “Penampilan ini luar biasa. Bukti bahwa seni tradisi tetap hidup dan relevan,” tegasnya.

Sementara itu, Bendesa Adat Kelan, Wayan Sukarena, menegaskan komitmennya. “Budaya adalah benteng terakhir generasi muda Bali. Kami akan terus mendukung kegiatan seperti ini, demi menjaga jati diri desa adat dan generasi kami.”

Baca Juga:  Bupati Adi Arnawa Resmi Buka PKB Badung Ke-47: Pelestarian Seni Bali Jadi Fokus

Didukung penuh oleh Bupati Badung, Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, LISTIBIYA Kabupaten Badung, serta Desa Adat Kelan, pertunjukan “Amrih Sukanikang Rat” menjadi bukti bahwa seni bukan hanya warisan, tapi juga pedoman hidup yang harus terus dirawat. (jk)