14/11/2025

Bali Bakal Lepas dari Ketergantungan Listrik Jawa? Ini Langkah Gubernur Koster!

 Bali Bakal Lepas dari Ketergantungan Listrik Jawa? Ini Langkah Gubernur Koster!

Gubernur Bali, I Wayan Koster, saat menyampaikan arahan dalam acara Sosialisasi Percepatan Implementasi PLTS Atap di Provinsi Bali, Kamis (15/5/2025). Program ini merupakan langkah strategis mewujudkan Bali Mandiri Energi sekaligus mendukung target Bali Net Zero Emission 2045.

DENPASAR (Dewannews.com) — Gubernur Bali I Wayan Koster secara resmi meluncurkan program percepatan pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) atap sebagai langkah konkret mewujudkan Bali Mandiri Energi. Program unggulan ini sekaligus menjadi bagian dari strategi Bali menuju Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2045, di iGedung Ksirarnawa, Art Center, Denpasar, Kamis (15/05/2025).

Inisiatif ini mendapat dukungan penuh dari Institute for Essential Services Reform (IESR), yang menilai langkah ini progresif dalam memanfaatkan potensi energi surya Bali secara maksimal. Berdasarkan analisis IESR, Bali memiliki potensi energi surya mencapai 22 GW, dengan kapasitas PLTS atap yang bisa dikembangkan antara 3,3 hingga 10,9 GW. Sayangnya, pemanfaatannya saat ini masih di bawah satu persen.

Baca Juga:  PLN Rayakan 80 Tahun dengan Inovasi Smart Microgrid di Nusa Penida

Gubernur Koster menekankan pentingnya penerapan PLTS atap di seluruh bangunan pemerintah, fasilitas publik, sektor bisnis, hingga sekolah dan kampus.

“Semua kantor pemerintah provinsi, kabupaten, kota, serta seluruh hotel, vila, sekolah, kampus, dan pasar harus pakai PLTS atap,” tegasnya dalam pengarahan, Kamis (15/5).

Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Bali, Ida Bagus Setiawan, menambahkan bahwa percepatan ini akan signifikan dalam meningkatkan bauran energi terbarukan di Bali.

Baca Juga:  PLN Siap Buka Kolaborasi Besar! Bali Bisa Capai Net Zero Emission Sebelum 2060

“Dengan adopsi masif PLTS atap, target Bali NZE 2045 bukan lagi sekadar wacana, tapi tujuan yang realistis,” ujarnya.

Direktur Eksekutif IESR, Fabby Tumiwa, menilai PLTS atap dan sistem penyimpanan energi berbasis baterai (BESS) sebagai solusi cepat dan hemat biaya untuk meningkatkan keamanan energi Bali. Hal ini mengingat sekitar 25–30% pasokan listrik Bali masih bergantung pada kabel laut dari Jawa.

“PLTS atap juga bisa mengelola lonjakan permintaan listrik pasca pandemi dan mengurangi tekanan pada PLN,” ujarnya.

Baca Juga:  Tingkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan, OJK Bali Gelar Banjar Bali Quis (BBQ) 2024 di Desa Bengkel

Dukungan akademik datang dari Ketua CORE Universitas Udayana, Prof. Ida Ayu Dwi Giriantari, yang menekankan urgensi pengelolaan permintaan energi.

“Pembangkit konvensional tidak bisa terus ditambah tanpa batas. PLTS atap adalah solusi efisien secara ruang dan ramah lingkungan,” jelasnya.

IESR juga mendorong pemerintah untuk merevisi Permen ESDM No. 2/2024, mencabut sistem kuota, dan mengembalikan skema net-metering agar pemanfaatan PLTS atap semakin inklusif dan masif, khususnya di bangunan industri dan komersial.

Baca Juga:  PLN Kembali Raih Kinerja Keuangan Terbaik Sepanjang Sejarah pada Tahun 2023

Sebagai pusat pariwisata nasional, Bali diharapkan menjadi contoh transisi energi yang adil dan partisipatif.

“PLTS atap bukan hanya solusi teknis, tapi simbol peran serta warga dalam menyelamatkan bumi,” tutup IESR.