Di Tengah Ancaman Resesi Global, Ini Jurus OJK Menjaga Stabilitas Ekonomi!
Para anggota Dewan Komisioner OJK menyampaikan hasil asesmen sektor jasa keuangan dan kebijakan OJK dalam konferensi pers virtual, Jumat (9/5/2025).
JAKARTA (Dewannews.com) — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan stabilitas sektor jasa keuangan nasional tetap terjaga meski menghadapi meningkatnya ketidakpastian global. Hal ini disampaikan dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK yang digelar pada 30 April 2025.
Tekanan global meningkat seiring rencana pengenaan tarif impor resiprokal oleh Amerika Serikat. Meskipun Presiden Donald Trump menunda kebijakan tersebut selama 90 hari, ketegangan dagang dengan Tiongkok belum mereda. Situasi ini berdampak pada revisi proyeksi ekonomi global oleh lembaga internasional seperti IMF dan WTO.
IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global 2025 sebesar 2,8 persen, turun signifikan dari rata-rata historis 3,7 persen. WTO juga memperkirakan volume perdagangan barang global terkontraksi 0,2 persen pada 2025.
Ekonomi Domestik Tumbuh Moderat
Di dalam negeri, ekonomi Indonesia tumbuh 4,87 persen pada triwulan I 2025. Konsumsi rumah tangga menjadi penopang utama, diikuti inflasi yang terkendali pada 1,95 persen secara tahunan. Indikator ekonomi seperti penjualan ritel dan kendaraan mencerminkan pemulihan, meski belum merata.
Pasar Keuangan Nasional Menguat
Pasar saham Indonesia menguat 3,93 persen secara bulanan (mtd) hingga 30 April 2025, ditopang koordinasi antar-lembaga dan pelaku pasar. Nilai kapitalisasi pasar mencapai Rp11.705 triliun. Meski investor asing mencatat net sell Rp20,79 triliun secara mtd, sejumlah sektor seperti bahan baku dan kesehatan mencatat kinerja positif.
Pasar obligasi juga menunjukkan penguatan. Indeks ICBI naik 1,61 persen dengan imbal hasil SBN rata-rata turun 15,53 basis poin. Investor asing mencatat net buy Rp7,79 triliun di pasar SBN.
Intermediasi Perbankan Stabil
Kredit perbankan tumbuh 9,16 persen yoy pada Maret 2025, mencapai Rp7.908 triliun. Kredit investasi tumbuh paling tinggi sebesar 13,36 persen, diikuti kredit konsumsi dan modal kerja. Pertumbuhan tertinggi berasal dari bank BUMN dan segmen korporasi.
Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 4,75 persen yoy menjadi Rp9.010 triliun. Likuiditas perbankan tetap memadai, dengan rasio AL/NCD 116,05 persen dan LCR 204,77 persen. Kualitas kredit juga terjaga, dengan NPL gross turun ke 2,17 persen dan NPL net sebesar 0,80 persen.
OJK Perkuat Pengawasan
OJK menjatuhkan berbagai sanksi administratif selama April 2025, termasuk denda total Rp2,25 miliar kepada satu emiten dan peringatan kepada beberapa perusahaan efek. Sepanjang 2025, OJK telah menjatuhkan denda lebih dari Rp22 miliar kepada ratusan pelaku pasar modal.
OJK juga mencabut izin usaha PT BPR Syariah Gebu Prima karena tidak mampu melakukan penyehatan sesuai ketentuan. Selain itu, OJK bekerja sama dengan kementerian terkait untuk memblokir lebih dari 14 ribu rekening terkait aktivitas judi online.
Penguatan Pembiayaan dan Inovasi
Hingga April 2025, penghimpunan dana di pasar modal mencapai Rp56,06 triliun. Sebanyak enam emiten baru mencatatkan sahamnya dengan total dana Rp3,31 triliun. OJK juga mencatat pertumbuhan transaksi derivatif keuangan dan aktivitas pasar karbon yang terus meningkat sejak peluncurannya pada 2023. (r)
