02/12/2025

“PULA-PALA”: Simfoni Rasa Syukur dan Harmoni Alam di Kedonganan

 “PULA-PALA”: Simfoni Rasa Syukur dan Harmoni Alam di Kedonganan

Para penari membawakan Tari Rerejangan Patedun dalam pagelaran “Pula-Pala” yang berlangsung di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (6/7/2025), serangkaian Pesta Kesenian Bali ke-47. Di belakang tampak megah sosok Barong Landung sebagai simbol pelindung desa dalam tradisi masyarakat pesisir Kedonganan.

DENPASAR, (Dewannews.com)Pagelaran seni bertajuk Pula-Pala garapan  Sanggar Seni Paras Paros, Banjar Ketapang, Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung, berhasil memukau ratusan penonton dalam sebuah pertunjukan sakral dan penuh makna yang digelar di Kalangan Ayodya, Taman Budaya Denpasar, Sabtu (6/7/2025) malam. Pementasan ini menjadi bagian dari rangkaian Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 tahun 2025, dan menyuguhkan harmoni antara spiritualitas, budaya lokal, serta ekspresi seni yang mendalam.

Terinspirasi dari mitologi masyarakat pesisir Kedonganan, Pula-Pala merupakan bentuk ungkapan rasa syukur kepada Ratu Gede Bagus Pengenter, yang diyakini berstana di Puri Tegeh Gumi. Beliau dipercaya sebagai penjaga keseimbangan alam, penolak bala, dan pemberkah hasil laut serta ketenteraman masyarakat setempat.

Baca Juga:  PLN Pastikan Keandalan Listrik, Posko Siaga Bencana Dibuka di Denpasar

“Pagelaran ini menyuarakan filosofi bahwa segala yang tumbuh berasal dari apa yang ditanam — baik dalam pikiran, kata, maupun tindakan,” jelas Koordinator Pagelaran, Wayan Adi Saputra, S.Sn. Ia menambahkan bahwa nilai-nilai spiritual masyarakat Bali, khususnya Jagat Kerthi, menjadi landasan utama dalam perancangan karya ini.

Pertunjukan ini juga mengangkat kisah spiritual Ki Dukuh Kawia yang menerima sabda suci saat bertapa. Sebagai wujud syukur, masyarakat Kedonganan mempersembahkan tari Rerejangan Patedun, seraya memohon Taru Pule, pohon suci yang diyakini menyimpan kekuatan untuk menghadirkan tapakan Barong Landung, simbol pelindung desa.

Baca Juga:  Duta Badung Angkat Tradisi Perang Untek di Panggung PKB ke-47

Penonton diajak merenungi pesan mendalam: Taru pule hanyalah media. Yang menjadikannya sakral adalah niat tulus dan doa yang mengiringinya. Apa yang ditanam dari hati dan jiwa akan tumbuh menjadi warisan spiritual yang wajib dijaga kesuciannya.

Ratusan penonton larut dalam suasana sakral dan magis saat Barong Landung tampil megah di atas panggung. Tak satu pun beranjak dari tempat duduk hingga akhir pementasan. Di sisi lain, suasana juga terasa hangat dan menghibur berkat kelucuan dua bondres yang menyelipkan kritik sosial dengan cara jenaka, menyinggung fenomena perilaku masyarakat Bali masa kini, termasuk dalam penggunaan media sosial.

Baca Juga:  Gemakan Warisan Leluhur, Sekaa Gong Wira Agra Kusuma Pentas Penuh Bhakti di PKB 2025

Pagelaran Pula-Pala tidak hanya menjadi persembahan budaya, tetapi juga refleksi spiritual tentang hubungan manusia dengan alam, sesama, dan leluhur. Sebuah warisan nilai yang terus relevan di tengah arus zaman.

Pagelaran ini digagas oleh tim kreatif yang terdiri dari Komposer I Wayan Partana, S.Sn, Koreografer Dr. I Made Sudarsana, S.Sn., M.Sn, serta didukung penuh oleh Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, LISTIBIYA Kabupaten Badung, dan Bupati Badung. (jk)