Seniman Muda Badung Guncang PKB 2025, “Pasir Ukir” Suarakan Pesan Luhur untuk Alam Semesta
Seniman Badung tampil memukau dalam pementasan kolosal Pasir dan Ukir di Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025 di Panggung Terbuka Ardha Candra, Denpasar, Kamis (17/07/2025).
MANGUPURA (Dewannews.com)– Panggung terbuka Ardha Candra, Kamis (17/7/2025) malam, bergemuruh oleh tepuk tangan penonton. Seniman Muda Badung tampil memukau lewat pementasan kolosal berbasis tradisi bertajuk Pasir Ukir, dalam ajang bergengsi Pesta Kesenian Bali (PKB) 2025.
Pertunjukan berdurasi satu jam ini menyuguhkan pesan mendalam tentang pentingnya menjaga keseimbangan alam semesta. Tak heran jika apresiasi datang langsung dari Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, yang hadir menyaksikan langsung pertunjukan spektakuler itu. Ratusan penonton pun dibuat takjub oleh garapan yang sarat filosofi dan estetika.
Director & Stage Manager Pasir dan Ukir, I Gusti Ngurah Krisna Gita S.Sn., M.Sn., menjelaskan karya ini berkisah tentang dua anak kembar lahir dari cahaya Ibu Pertiwi. Sang kakak, Pasir, berasal dari lautan, sedangkan Ukir tumbuh dari gunung. Keduanya tumbuh terpisah tanpa mengetahui ikatan darah yang sebenarnya menghubungkan mereka.
“Melalui Pasir dan Ukir, kami ingin mengingatkan pentingnya menjaga gunung, lautan, dan seluruh alam semesta. Kalau semua dijaga dengan baik, ajaran Jagat Kerthi bisa kita wujudkan,” ujar Krisna sebelum pementasan.
Didampingi Komposer I Made Adi Suyoga Adnyana S.Sn. dan I Wayan Andina Suldastyasa S.Sn., Krisna menambahkan bahwa kerakusan manusia terhadap alam akan berujung pada bencana dan kehancuran. Dalam kisah itu, takdir akhirnya mempertemukan kedua anak kembar untuk memikul Dharma: tugas suci memulihkan keseimbangan semesta.
“Dalam semangat Jagat Kerthi, mereka bersama-sama menanam harapan lewat reboisasi, konservasi air, hingga edukasi ekologi. Kisah ini sekaligus menegaskan bahwa bumi bukan untuk dieksploitasi, tapi dijaga dengan cinta agar diwariskan dalam keadaan harmoni, bukan kehancuran,” tegasnya.
Krisna membeberkan proses kreatif Pasir dan Ukir memakan waktu cukup panjang. Untuk tari digarap intens selama dua bulan, sementara tabuh atau musik pengiring membutuhkan waktu 1,5 bulan. Tak kurang dari 150 seniman Badung terlibat dalam proyek kolosal ini.
“Kami kerja kolektif, dari membuat gerak tari terlebih dahulu, baru kemudian tabuh musik meresponsnya, atau sebaliknya. Setelah itu kita satukan hingga padu,” terang Krisna.
PKB 2025 menjadi ajang penting bagi Seniman Muda Badung yang dipercaya mewakili Pemkab Badung. Krisna berharap keikutsertaan ini membuka ruang belajar dan kreasi tanpa henti bagi seniman muda di kabupaten tersebut.
Sementara itu, Komposer I Made Adi Suyoga Adnyana S.Sn. mengakui, menyatukan puluhan seniman dalam sebuah garapan kolosal penuh tantangan tersendiri.
“Menyatukan persepsi di antara banyak kepala itu tidak mudah. Tapi dengan diskusi intens, semuanya bisa berjalan sesuai harapan,” kata Suyoga.
Dalam pertunjukan itu, 33 orang dari total 150 seniman bertanggung jawab di bidang kerawitan atau tabuh. Proses penyatuan musik dan tari membutuhkan waktu dua minggu intensif hingga akhirnya bisa tampil kompak di panggung.
Tak hanya itu, pentas kolosal ini juga digawangi oleh I Made Kass Winata Keneh sebagai Pimpinan Produksi, serta Ni Putu Ari Sidiastini S.Sn., M.Sn. sebagai Art Director sekaligus Koreografer.
Pertunjukan ini bukan sekadar hiburan, tapi juga pengingat: menjaga bumi adalah tugas semua generasi. (r)
