Universitas Warmadewa Rancang Desain Pengembangan Pura Pasek Wancing di Buleleng
Desain pengembangan Pura Panti Pasek Wancing di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Buleleng. Fokus perencanaan diarahkan pada perbaikan penyengker dan pelinggih agar sesuai pakem arsitektur Bali sekaligus lebih representatif bagi umat.
BULELENG (Dewannews.com) – Pura Panti Pasek Wancing di Desa Gobleg, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, tengah memasuki tahap perencanaan desain pengembangan. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat struktur pura sekaligus menjaga pakem arsitektur Bali yang menjadi warisan budaya turun-temurun.
Selama bertahun-tahun, kondisi penyengker atau tembok pembatas pura mengalami kerusakan. Material lama berupa bias melela (pasir hitam) dinilai rapuh akibat iklim lembap, sementara beberapa pelinggih masih menggunakan penutup keramik yang tidak sesuai dengan kaidah Lontar Asta Kosala-Kosali. Situasi ini mendorong inisiatif perbaikan agar kesakralan dan kekokohan pura tetap terjaga.
Perencanaan desain dilakukan oleh tim dosen Universitas Warmadewa, yakni Kadek Putra Santika Narayana, S.T., M.Ars., Dr. I Nyoman Nuri Arthana, S.T., M.T., dan Putu Kemala Vidyantari, S.E., M.Si., ACPA, bersama mahasiswa lintas disiplin, berkolaborasi dengan masyarakat setempat. Fokus pengembangan diarahkan pada dua aspek utama: penyengker dan pelinggih.
“Tembok penyengker akan kami rancang ulang menggunakan material batu paras hitam Karangasem, yang lebih kuat sekaligus memiliki makna filosofis sebagai simbol penolak bala. Tingginya juga ditingkatkan dari 114 cm menjadi 180 cm agar selaras dengan konsep Tri Loka (bhur, bwah, swah),” jelas Kadek Putra Santika Narayana, salah satu perancang.
Sementara itu, pelinggih akan diperbaiki dengan mengganti bagian bawah yang sebelumnya berlapis keramik menjadi paras hitam. Hal ini untuk menegaskan kesucian dan kekokohan kaki bangunan sesuai pakem tradisional.
Tak hanya mengedepankan aspek adat, pengembangan pura juga memanfaatkan teknologi modern. Software arsitektur 3D, sistem modular batu, hingga pelapisan breathable coating akan digunakan agar hasil pembangunan indah, tahan lama, dan mudah dirawat.
Lebih dari sekadar perbaikan fisik, program ini turut memperkuat aspek sosial dan budaya. Proses perencanaan yang melibatkan gotong royong warga dinilai mampu mempererat solidaritas sekaligus menjaga identitas budaya Bali.
“Penyengker bukan sekadar tembok, melainkan batas sakral yang melindungi sekaligus mempertegas kesucian pura. Harapannya, kegiatan persembahyangan ke depan bisa berlangsung lebih nyaman dan representatif,” tambah Kadek Putra Santika.
Dengan pengembangan ini, Pura Panti Pasek Wancing diharapkan tampil lebih megah dan menjadi simbol kebanggaan bersama bagi lebih dari 70 kepala keluarga krama Pasek Wancing yang rutin beraktivitas spiritual di pura tersebut. (r)
