Warmadewa Perkuat Peran Global Lewat Program Pemberdayaan Singkong di Filipina

Mahasiswa Universitas Warmadewa bersama masyarakat Desa Angat Buhay, Filipina, usai mengikuti pelatihan teknologi pengolahan singkong dan pemasaran digital dalam program International Community Service. Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Universitas Warmadewa (Indonesia) dan University of Nueva Caceres (Filipina) untuk meningkatkan daya saing produk lokal dan pemberdayaan UMKM desa.
CAMARINES SUR, FILIPINA (Dewannews.com) — Singkong yang selama ini kerap dipandang sebagai pangan kelas dua kini naik kelas menjadi komoditas bernilai ekonomi tinggi. Melalui program kolaborasi internasional, Universitas Warmadewa (Bali, Indonesia) bersama University of Nueva Caceres (Filipina) berhasil memberdayakan masyarakat Desa Angat Buhay, Provinsi Camarines Sur, melalui pelatihan teknologi pangan modern dan pemasaran digital.
Program bertajuk “Integrating Modern Cassava Processing and Digital Marketing to Strengthen Local Businesses in Angat Buhay Village” ini merupakan bagian dari kegiatan International Community Service yang dipimpin oleh Dr. Ni Luh Putu Indiani. Kegiatan ini bertujuan mengubah cara pandang masyarakat terhadap singkong dari sekadar bahan pangan tradisional menjadi produk bernilai tambah yang dapat menembus pasar global.
“Singkong memiliki potensi luar biasa jika diolah dengan teknologi modern dan didukung strategi pemasaran digital yang tepat. Masyarakat Desa Angat Buhay memiliki semangat belajar yang tinggi, tinggal perlu difasilitasi pengetahuan, alat, dan pendampingan,” ujar Dr. Ni Luh Putu Indiani.
Desa Angat Buhay dihuni mayoritas petani dengan latar belakang pendidikan dasar hingga menengah. Selama ini mereka menggantungkan hidup dari hasil panen singkong mentah yang dijual dengan harga rendah. Survei awal menunjukkan 55 persen warga menyadari potensi singkong lokal, namun belum memiliki keterampilan pengolahan dan pemasaran modern. Minimnya alat produksi, pengetahuan teknologi pangan, serta akses terhadap pelatihan menjadi kendala utama. Sebagian besar warga juga belum terbiasa menggunakan komputer dan media sosial untuk promosi produk.
Menjawab tantangan tersebut, tim pengabdian menghadirkan pelatihan komprehensif. Masyarakat dilatih memilih bahan baku berkualitas, melakukan fermentasi dan pengeringan, serta menerapkan teknik pengemasan modern. Mereka juga diperkenalkan pada diversifikasi produk seperti tepung mocaf dan keripik singkong. Pelatihan didukung penyediaan alat modern seperti mesin parut, alat pemeras, pengering listrik, dan vacuum sealer.
Pelatihan tidak hanya menekankan aspek teknis, tetapi juga manajerial, termasuk cara mengoperasikan dan merawat peralatan agar dapat digunakan secara mandiri dan berkelanjutan. Selain itu, peserta dibekali pengetahuan pemasaran digital seperti pembuatan logo dan kemasan menarik, strategi branding, serta penggunaan media sosial dan platform e-commerce untuk memperluas pasar. Peserta juga belajar membuat konten promosi dengan visual dan narasi yang kuat agar produk lebih menarik konsumen.
Pelaksanaan program dilakukan secara bertahap, mulai dari sosialisasi dan pelatihan pengolahan, hingga pemasaran digital dan pendampingan produksi. Hasilnya, dua produk baru berhasil dikembangkan, yakni keripik dan tepung mocaf. Sebanyak 80 persen peserta mampu menguasai teknik pengolahan dengan benar. Kapasitas produksi masyarakat meningkat dari 20 kilogram menjadi 30 kilogram per hari, disertai peningkatan standar higienitas dan mutu produk. Penjualan juga mengalami peningkatan signifikan melalui kanal daring.
Dr. Ni Luh Putu Indiani menegaskan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi warga, tetapi juga memperkuat peran perguruan tinggi dalam pembangunan masyarakat internasional. “Kolaborasi ini menunjukkan bahwa sinergi lintas negara dapat memberikan dampak nyata. Selain transfer ilmu pengetahuan, ini juga menjadi model kemitraan kampus dan komunitas yang selaras dengan Indikator Kinerja Utama perguruan tinggi,” jelasnya.
Program ini turut mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 8 tentang pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi melalui penguatan UMKM berbasis singkong, SDG 10 tentang pengurangan kesenjangan lewat akses teknologi dan pendidikan bagi desa terpencil, serta SDG 12 tentang konsumsi dan produksi berkelanjutan dengan pemanfaatan sumber daya lokal menjadi produk bernilai tinggi. (r)