09/12/2024
09/12/2024

Luh Suriani Beri Pelatihan Pembuatan Teh Beras Merah Khas Senganan

 Luh Suriani Beri Pelatihan Pembuatan Teh Beras Merah Khas Senganan

Luh Suriani saat memberikan pelatihan pembuatan Teh Beras Merah Inovasi di Banjar Munduk Paku, Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Minggu, 23 Juli 2023.Foto/ist

TABANAN-Dewannews.com|Teh Beras Merah dianggap sebagai suatu ikon di Bali, sehingga dilakukan penelitian dengan mengambil bahan Beras Merah.

“Jadi, dia tanaman lokal yang hanya bisa dan ada di Bali, sehingga itu yang kita kembangkan dan diangkat, supaya menjadi suatu ikon dan bisa dijual secara internasional,” kata Dr. Ni Luh Suriani, S.Si.,M.Si., selaku DPL atau Dosen Pembimbing Lapangan yang juga Dosen Progam Studi Biologi, Fakultas MIPA Universitas Udayana di Banjar Munduk Paku, Desa Senganan, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Minggu, 23 Juli 2023.

Disebutkan, pembuatan Teh Beras Merah sudah dilakukan, sejak dari nenek moyang yang kini dikemas dengan tetap mempertahankan sistem tradisional.

Baca Juga:  PEKAT IB Tabanan Kawal Ngusaba Pura Luhur Rambut Sedana

“Kalau di Bali cocok dikembangkan secara tradisional, karena Bali sebagai icon tourism. Jadi, ini lho yang dari nenek moyang kita yang bisa kembangkan sampai sekarang dan bisa menjadi daya tarik wisata dengan sistem tradisional,” jelasnya.

Untuk pembuatannya sangat sederhana, saat Beras Merah dituangkan ke Kuali terbuat dari tanah liat yang disangrai diatas kobaran api yang sedang.

Sesuai dengan pengalamannya, rata-rata Beras Merah yang disangrai sekitar 1 kilogram pada kuali dengan kobaran api sedang perlu waktu sekitar 15-20 menit.

Baca Juga:  Awal November 2023, The Nusa Dua Jadi Tuan Rumah 2 Event Internasional Bergengsi  

“Api sedang itu, mungkin dibawah 100 derajat Celicius. Untuk membuat 1 kilogram Beras Merah itu tergantung juga besar kecilnya kuali. Jika kuali besar itu cepat, sekitar 15-20 menit dan tergantung juga kobaran api di tungku,” ungkapnya.

Atas hal tersebut, Luh Suriani menggelar pelatihan pembuatan Teh Beras Merah Inovasi sebagai hilirisasi hasil penelitian Universitas Udayana (Unud) sebagai pengabdian masyarakat yang dirangkaikan dengan acara Kuliah Kerja Nyata atau KKN.

“Saya disini, hasil penelitiannya tentang beras merah, dimana beras merah itu dibuat secara organik, yang kemudian digunakan sebagai teh beras merah,” kata Luh Suriani.

Baca Juga:  SBPO triwulan IV-2024, Optimisme Kinerja Perbankan di Tengah Ekspektasi Membaiknya Ekonomi Domestik

Menurutnya, sudah banyak ada teh beras merah di Jatiluwih, Tabanan. Namun, berbeda dengan keberadaan teh beras merah di Munduk Paku, Senganan Tabanan yang berciri khas khusus dibandingkan dengan Jatiluwih, yakni Inovatif Produk yang ditambahkan bahan herbal.

“Saya tambahkan herbal, seperti jahe dan sereh, lalu kita latih masyarakat disekitar sini, terutama di Dewandaru Flora sebagai centre atau pusatnya. Jadi, kita latih bagaimana caranya, untuk membuat teh beras merah tersebut,” ungkapnya.

Khusus tambahan herbal berupa jahe, lanjutnya jahe tersebut harus dikering anginkan dan tidak berada dibawah terik sinar matahari, untuk menghindari hilangnya zat pitokimia atau sumber-sumber obat yang terkandung didalam jahe dan sereh.

Baca Juga:  Harga Beras Melonjak di Flores Timur, Warga Serbu Pasar Murah Bulog

“Jika tidak punya oven mungkin sekitar 4 hari sudah jadi, tapi jangan dibawah sinar matahari, karena zat pitokimia yang ada di jahe dan sereh itu akan hilang, sehingga kita kering anginkan saja, selama 4 hari sudah kering,” imbuhnya.

Kemudian, tambahan herbal yang sudah dikering anginkan dicampur dengan Beras Merah yang sudah disangrai. Jika ingin dijual, maka Teh Beras Merah akan dikemas rapi. Namun, jika ingin diminum, Teh Beras Merah akan disimpan memakai botol.

Oleh karena berkolaborasi dengan UD Dewandaru Flora, maka dibuatkan kemasan Teh Beras Merah dengan masa kadaluwarsa selama 1 tahun. “Biasanya kita simpan di botol gelas atau botol plastik yang aman, yang kemudian bisa kita konsumsi,” terangnya.

Baca Juga:  OJK gelar Harvesting Gernas BBBI dan BBWI di Sumsel

Meski produksinya berlimpah akibat edukasi yang tepat sasaran ke petani dalam pemakaian bahan organik, namun masih ditemukan kendala dalam bidang pemasaran produk.

“Kami baru pemasaran di online. Itu pun cuma 1-2 jumlahnya yang laku melalui Dewandaru Flora. Kami ingin dalam jumlah besar ke areal tourism misalnya dipasarkan,” tambahnya.

Meski demikian, Beras Merah mengandung Orisanol berupa Vitamin E yang tahan panas. Jika ingin cepat matang, suhu sedikit dinaikkan, untuk mendapatkan Orisanol.

Baca Juga:  Alami Peningkatan Penumpang, Pelabuhan Benoa Siapkan Pelaynan 24/7

“Karena itu yang menjadi penting sekali, karena kulit Beras Merah ada Orisanol yang merupakan anti aging,” tegasnya.

Diakuinya, rasa Teh Beras Merah lebih enak dan gurih dengan cara pembuatannya yang unik. “Jadi, itu yang kita kembangkan, karena menarik minat sebagai ikon pariwisata,” imbuhnya.

Selain produk lokal, Beras Merah itu sendiri manfaatnya sangat luar biasa, karena kandungan gizinya tinggi, diantaranya mengandung tiosidan dan serat yang tinggi, sehingga bisa mencegah berbagai penyakit, seperti kencing manis, kolesterol, tekanan darah tinggi dan lain sebagainya.

Baca Juga:  Perayaan 47 Tahun Diaktifkannya Kembali Pasar Modal Indonesia, OJK Dorong Penguatan Transparansi dan Inklusi Keuangan Pasar Modal

“Dia juga mengandung Rekemiknya rendah, yakni setengah dari beras putih,” sebutnya.

Oleh karena itu, Luh Suriani berharap, pihak Pemerintah Daerah setempat bisa menjembatani, untuk gencar mempromosikan produk lokal ke hotel-hotel yang ada di Bali, agar produk lokal seperti Teh Beras Merah bisa tetap eksis keberadaannya.

Bahkan, hotel-hotel di Bali disarankan untuk menggunakan produk lokal seperti Beras Merah Senganan melalui acara welcome drink.

Baca Juga:  Ke Jembrana, Dirjen Pajak Resmikan Sattelite Office Pertama di Indonesia

Dengan cara seperti itu, bisa diterangkan ke tamu mancanegara sebagai hasil produk lokal, yang kemungkinan tamu akan respek untuk mempertahankan nilai-nilai lokal itu dengan membeli produk lokal.

“Karena tamu atau wisatawan itu perhatiannya tinggi terhadap lokal genius yang ramah lingkungan berbahan organik,” pungkasnya.

Selain Luh Suriani, anggota pengabdian  masyarakat juga didukung oleh Prof. I Nyoman Suarsana selaku Ketua LPPM Unud, Dr. dr. Wiwiek Indriani dari Fakultas Kedokteran Unud, Dr. Susun Parwanayoni dari F.MIPA, Program Studi Biologi Unud dan Iswari Ardha Dharani dari Fakultas Kedokteran Unud.(DN)