OJK Bali Dorong Penguatan Manajemen Risiko BPR untuk Perbankan yang Lebih Tangguh

Pelatihan Manajemen Risiko kerja sama dengan Deutsche Sparkassenstiftung für Internationale Kooperation (DSIK) Indonesia dan DPD Perbarindo Bali, di Kantor OJK Provinsi Bali, Denpasar.
Denpasar (Dewannews.com) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali terus memperkuat manajemen risiko perbankan, khususnya bagi Bank Perekonomian Rakyat (BPR), guna menciptakan industri perbankan yang tangguh, berintegritas, dan mampu memberikan akses keuangan yang lebih luas bagi pelaku usaha serta masyarakat.
Dalam rangka mendukung transformasi BPR, OJK Bali menggelar pelatihan manajemen risikoyang berlangsung dalam dua batch, yakni pada 4-5 Februari dan 6-7 Februari 2025. Pelatihan ini merupakan hasil kerja sama dengan Deutsche Sparkassenstiftung für Internationale Kooperation (DSIK) Indonesia dan DPD Perbarindo Bali, serta dilaksanakan di Kantor OJK Provinsi Bali, Denpasar.
Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan OJK Bali, Ananda R. Mooy, menekankan pentingnya pelatihan ini untuk meningkatkan pengelolaan risiko kredit dan suku bunga di BPR. Beberapa strategi yang dibahas meliputi, Manajemen Risiko Kredit: Analisis kredit yang lebih komprehensif, diversifikasi portofolio kredit, serta penerapan teknologi dalam evaluasi pinjaman. Manajemen Risiko Suku Bunga: Penggunaan strategi hedging, penyesuaian portofolio, serta pemantauan berkala untuk menjaga stabilitas margin bunga bersih (NIM).
Lebih lanjut, OJK juga menekankan pentingnya transformasi digital sebagai langkah mempercepat transparansi dan efisiensi layanan BPR, serta meningkatkan kompetensi SDMguna mendukung pengembangan usaha.
Ketua DPD Perbarindo Bali, I Ketut Komplit, mengapresiasi pelatihan ini karena sangat penting dalam memperkuat sistem manajemen risiko dan meningkatkan kualitas SDM BPR.
“Penerapan manajemen risiko yang konsisten, prinsip kehati-hatian, serta tata kelola yang baik adalah kunci utama untuk memitigasi risiko kredit, operasional, likuiditas, dan kepatuhan dalam industri BPR,” ujarnya.
Sementara itu, Advisor for Human Capacity Building DSIK, Shenia Hamp, menjelaskan bahwa pelatihan kali ini mencakup Manajemen Risiko Modul 3 dan 4, yang dikembangkan oleh DSIK Indonesia dan Filipina. Modul ini mengajarkan teknik analisis kredit berbasis risiko serta strategi pengelolaan suku bunga tetap dan mengambang.
Dengan sinergi antara OJK, DSIK Indonesia, dan DPD Perbarindo Bali, diharapkan ekosistem industri jasa keuangan semakin inklusif, inovatif, dan berkelanjutan, serta mampu menghadapi tantangan di era digital. (jk/r)