29/06/2025

OJK Pantau Ketidakpastian Global, Stabilitas Keuangan Domestik Masih Terjaga

 OJK Pantau Ketidakpastian Global, Stabilitas Keuangan Domestik Masih Terjaga

Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 26 Februari 2025

Jakarta (Dewannews.com) – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) tetap terjaga meskipun dinamika ekonomi global dan domestik terus berkembang. Dalam Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK pada 26 Februari 2025, berbagai faktor ekonomi seperti inflasi, kebijakan moneter, dan kondisi geopolitik menjadi perhatian utama.

Baca Juga:  Peran Penting OJK Menuju Indonesia Baru

Perkembangan Ekonomi Global

Secara global, pertumbuhan ekonomi masih stagnan dengan inflasi di beberapa negara maju mulai menunjukkan tren penurunan. Namun, volatilitas pasar tetap tinggi akibat ketidakpastian kebijakan ekonomi dan dinamika geopolitik yang terus berubah.

Di Amerika Serikat (AS), pertumbuhan ekonomi tetap solid didorong oleh konsumsi domestik. Inflasi tercatat di level 3 persen (yoy) pada Januari 2025, dengan core CPI naik menjadi 3,3 persen (yoy), menandakan tekanan harga di luar sektor energi dan pangan masih cukup tinggi. Pasar tenaga kerja tetap kuat dengan tingkat pengangguran turun ke 4 persen, meskipun angka peningkatan Nonfarm Payroll lebih rendah dari ekspektasi. The Federal Reserve (The Fed) diperkirakan hanya akan memangkas Fed Fund Rate (FFR) sebanyak 1–2 kali sepanjang 2025.

Baca Juga:  Satgas PASTI OJK Blokir 585 Pinjol dan Pinpri Ilegal

Sementara itu, ketidakpastian geopolitik masih tinggi. Upaya penyelesaian konflik Rusia-Ukraina belum menunjukkan hasil konkret setelah pertemuan antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden AS Donald Trump di Gedung Putih tidak menghasilkan kesepakatan. Selain itu, rencana AS untuk menerapkan tarif baru terhadap negara mitra dagangnya menambah ketidakpastian ekonomi global.

Di Tiongkok, pertumbuhan ekonomi cenderung tertahan dengan inflasi yang masih rendah di angka 0,5 persen (yoy), serta indeks harga produsen (PPI) yang terus mengalami kontraksi. PMI Manufaktur tetap di zona ekspansi tetapi turun ke 50,1, di bawah ekspektasi pasar. Bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga acuan, menunjukkan pendekatan hati-hati dalam kebijakan moneter. Tiongkok juga memperketat regulasi ekspor rare earth, yang dapat berdampak pada industri teknologi global.

Baca Juga:  OJK Bali Dorong Penguatan Hukum Perkreditan untuk Bank Perkreditan Rakyat

Kondisi Ekonomi Domestik

Di dalam negeri, inflasi tetap terkendali dengan angka 0,76 persen (yoy) pada Januari 2025, sementara inflasi inti mencapai 2,26 persen (yoy), menandakan permintaan domestik yang masih cukup baik. Namun, beberapa indikator menunjukkan perlambatan, seperti penurunan penjualan kendaraan bermotor dan mobil, turunnya penjualan semen, serta perlambatan pertumbuhan harga dan volume penjualan rumah.

Dari sisi produksi, sektor manufaktur menunjukkan perbaikan dengan PMI Manufaktur naik ke 51,9 pada Januari 2025 dari sebelumnya 51,2. Di sisi eksternal, neraca perdagangan tetap mencatat surplus yang meningkat menjadi USD 3,45 miliar pada Januari 2025 dari USD 2,24 miliar di bulan sebelumnya, tumbuh sebesar 71,71 persen (yoy).

Baca Juga:  OJK Bali Bersama BPD Bali Bersinergi Kembangkan Wirausaha Muda dan Program Keuangan Berkelanjutan

Dengan kondisi tersebut, sektor jasa keuangan Indonesia tetap stabil dan terjaga meskipun dihadapkan pada tantangan global dan domestik. OJK akan terus memantau perkembangan ekonomi serta memastikan kebijakan yang mendukung stabilitas sektor keuangan dan pertumbuhan ekonomi nasional. (r)