11/10/2024
11/10/2024

Sepanjang 2023, Terobosan Teknologi Co-Firing PLN Mampu Tekan 1,05 Juta Ton CO2 Emisi Karbon

 Sepanjang 2023, Terobosan Teknologi Co-Firing PLN Mampu Tekan 1,05 Juta Ton CO2 Emisi Karbon

Tampilan penggunaan pelet biomassa dari kayu pohon kaliandra merah sebagai substitusi batu bara di PLTU Indramayu, Jawa Barat.

Jakarta (Dewannews.com) – Melalui pemanfaatan biomassa dalam teknologi _co-firing_ pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), PT PLN (Persero) berhasil mereduksi emisi hingga 1,05 Juta ton CO2e dan memproduksi energi bersih sebesar 1,04 terawatt hour (TWh) sepanjang 2023.

Capaian sepanjang tahun 2023 meningkat jika dibandingkan realisasi tahun 2022. Dalam produksi reduksi emisi misalnya, PLN mampu menambah pengurangan emisi hingga 450 ribu ton CO2. Produksi energi bersih pun tumbuh hingga lebih dari 77% dari realisasi tahun 2022 sebesar 575 gigawatt hour (GWh).

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo menjelaskan, pihaknya terus mengembangkan teknologi dalam menjawab tantangan zaman. Dikembangkan sejak tahun 2021, kini substitusi batubara dengan biomassa tak hanya mampu mengurangi emisi karbon, namun juga menggerakkan ekonomi kerakyatan.

Baca Juga:  PLN Gandeng Lima Mitra, Ekosistem Kendaraan Listrik Kian Kokoh

“Teknologi _Co-Firing_ merupakan sebuah terobosan dalam transisi energi di tanah air. Sebab, dengan teknologi ini, banyak manfaat yang didapatkan, selain pengurangan emisi juga akan mengurangi penggunaan energi fosil. _Co-firing_ tidak hanya menghasilkan listrik andal namun tetap murah bagi masyarakat. Lebih dari itu, _co-firing_ juga mendorong perekonomian kerakyatan lewat keterlibatan langsung masyarakat dalam pengembangan biomassa,” kata Darmawan.

Sepanjang tahun 2023, PLN telah menyerap biomassa sebanyak 1 Juta ton untuk 43 PLTU yang tersebar di tanah air. Angka ini tumbuh lebih dari 71% dibandingkan realisasi serapan biomassa tahun 2022 yang sebesar 585 ribu ton. Secara bersamaan, PLN terus melakukan uji coba teknologi ini hingga tahun 2025 agar 52 PLTU di Indonesia bisa seluruhnya menggunakan _co-firing_.

Bahkan pada akhir 2023, PLN telah berhasil mengimplementasikan PLTU secara hybrid dimana 100% biomassa beroperasi selama 15 hari dalam satu bulan di PLTU Sintang, Kalimantan Barat. Capaian ini merupakan yang pertama dan terlama di Indonesia, sekaligus sebagai jawaban masa depan energi bersih di Tanah Air.

“100 persen penggunaan biomassa ini adalah bentuk konsistensi PLN Group dalam menghadirkan energi bersih untuk Indonesia yang lebih baik. Sebagai pionir, keberhasilan ini juga saya harapkan dapat menjadi pemacu motivasi untuk dapat diterapkan pada PLTU lainnya,” terang Darmawan.

Baca Juga:  Founder Golkarians Ajak Konsentrasi Menangkan Prabowo Gibran Bareng Relawan GOPro

Tak sampai di situ, peningkatan ekonomi masyarakat juga bisa digenjot lewat rantai pasok biomassa yang melibatkan langsung masyarakat. Ekosistem biomassa pun terus dikembangkan dengan menggandeng komunitas lokal, Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hingga Pemerintah Daerah setempat sekitar lokasi sumber biomassa.

Darmawan mencontohkan, sejak Maret 2023, PLN telah bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta dalam mengembangkan kawasan _Green Economy_ untuk mendukung langkah Net Zero Emissions (NZE) 2060 berdasarkan keterlibatan masyarakat lokal.

“Kami sebagai BUMN tak hanya bertanggung jawab dalam menyediakan energi bersih saja. Inovasi yang kami kembangkan ini juga menyasar berbagai aspek, mendorong ekonomi kerakyatan, menjaga kelestarian hutan, dan rehabilitasi lahan tandus serta melepas ketergantungan atas bahan bakar fosil,” pungkasnya. (jk)