Desa Adat Bugbug Siap Gelar Paruman Agung 29 Juli 2022 untuk Kembalikan Dresta yang “Diobok-obok”
Dewannews.com,Amlapura–Demi menindaklanjuti keluhan ribuan krama Desa Adat Bugbug, Kecamatan Karangasem, Kabupaten Karangasem, terhadap situasi dan kondisi desanya selama 2 tahun terakhir ini yang kurang kondusif, maka Jero Bendesa Adat Bugbug, I Nyoman Jelantik membentuk tim panitia Paruman Agung Desa Adat Bugbug yang akan digelar pada Jumat (29/07/2022) bertempat di Natar Bale Agung Desa Adat Bugbug, serta diharapkan semua Krama Desa Adat Bugbug untuk menghadiri Paruman Agung yang sangat langka dan darurat ini.
Tim Paruman terdiri dari Ketua Tim Pelaksana Paruman, Jro Gede Putra Arnawa, dengan wakilnya I Nyoman Suparna, serta Koordinator Krama Desa Adat Bugbug, I Putu Artha.
Menurut Ketua Tim Pelaksana Paruman, Jro Gede Putra Arnawa, Kamis (28/07/2022) di Bugbug, ada ribuan krama Desa Adat Bugbug yang mengeluhkan terhadap situasi dan kondisi desanya saat ini yang kurang kondusif. “Selama dua tahun terakhir ini banyak peristiwa yang kurang berkenan di hati Krama adat Bugbug, sehingga lebih menguatkan lagi keinginan masyarakat untuk memohon kepada Jero Bendesa untuk menggelar yang namanya Paruman Agung untuk membahas dan membuat keputusan untuk mengembalikan Dresta dan awig-awig Desa Adat Bugbug yang belakangan ini Diobok-obok,” katanya.
Lanjutnya, belakangan ini banyak terjadi kepentingan pribadi atau kelompok saja terutama menyangkut pembangunan di Desa Adat Bugbug. Padahal seperti kita ketahui bahwa tujuan dari pembangunan adalah untuk menciptakan harmoni sosial yang menciptakan bagaimana kebutuhan masyarakat yang damai dan sejahtera.
“Misalnya dalam ACI sampai ada semacam kayak yang kita lihat dorong-dorongan, itu belum pernah saya lihat selama saya kecil sampai gede, belum pernah saya melihat ada pelaksanaan ritual seperti itu. Nah itu salah satu contoh kejadian serta hal-hal lain yang juga meresahkan masyarakat dalam kaitan dengan pembangunan,” jelasnya.
Kata Putra Arnawa, dari segi penggunaan fasilitas desa, banyak masyarakat merasa bahwa digunakan tanpa ada mekanisme yang tepat sesuai dengan aturan, yakni seharusnya digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat, tetapi dalam pelaksanaannya masih jauh dari itu, sehingga masyarakat saling curiga, hingga merendahkan harkat dan martabat seseorang, sudah sering pihaknya lihat bukan hanya di dunia nyata tapi sampai ke dunia maya. “Nah kalau ini dibiarkan terus, lambat lain desa adat Bugbug akan hancur. Artinya kita gagal dalam rangka memajukan dan mensejahterakan desa dan krama Adat Bugbug,” katanya.
Putra Arnawa menambahkan, bahwa semua hal itu terjadi terkait dengan masalah kepemimpinan dan tugas-tugas kelembagaan yang diakui keberadaannya sekarang oleh pihak mereka saja atau golongan tertentu saja, sehingga masyarakat merasa bahwa Kelihan desa adat itu yang sekarang ini tidak ada tidak ada atau dalam artian masih jauh dari memenuhi apa yang digariskan oleh prinsip nilai bersama. “Baru pada tahap penentuan bakal calon ini sudah tiba-tiba sudah dianggap definitif,” katanya.
Untuk itu, masyarakat menginginkannya bahwa segala hal yang menyangkut kepemimpinan atau kelembagaan maupun pelaksanaan adat harus dikembalikan ke awig-awig dan berharap dalam pelaksanaannya juga pelaksanaan itu harus dikembalikan Drestanya, serta masyarakat menginginkan untuk membekukan seluruh kegiatan adat yang notabene tidak sesuai dengan kepemimpinan juga kelembagaan yang juga sama-sama tidak menganut prinsip nilai bersama masyarakatnya.
I Nyoman Suparna menambahkan,
Krama ingin mewujudkan masyarakat desa Bugbug yang sejahtera, mengingat potensi alam yang ada di desa Bugbug sangat bagus. Terlebih masyarakat bersatu menjadi satu wadah semeton Bugbug dan semeton Panca Desa sebagai pedekan Ida Betara Gede Gumang.
“Kami menginginkan pemimpin yang benar-benar ingin mengabdi dengan tenaga dan segala kemampuan atau ngayah untuk membangun desa demi kesejahtraan masyarakat desa Adat Bugbug,” ujarnya.
Karena desa Bugbug adalah desa yang besar, maka diperlukan seorang pemimpin yang mampu memperjuangkan kesejahtraan masyarakat baik dari dalam dan dari luar desa, sehingga diperlukan seorang pemimpin yang memiliki pengalaman, integritas dan kemampuan, serta mementingkan kepentingan seluruh kepentingan Krama desa adat Bugbug, bukan kepentingan pribadi atau golongan. (TimDN)