Hidupkan Kembali Spiritualitas dan Budaya Bali di Tengah Modernitas, PKM Unwar Rancang Pasraman dan Event Space Grya Gede Kemenuh Keramas

Gianyar (Dewannews.com) Bali, sebuah pulau yang dikenal dengan kekayaan budaya dan spiritualitasnya, kini dihadapkan pada tantangan besar akibat masifnya paparan budaya luar yang dibawa oleh pariwisata dan perkembangan global. Kondisi ini tidak hanya mengancamkelestarian adat dan budaya tradisional, tetapi juga menuntut masyarakat Bali untuk beradaptasi tanpa kehilangan identitas.
Di tengah dinamika ini, Grya Gede Kemenuh Keramas berinisiatif menghadirkan solusi inovatif yang memadukan spiritualitas dengan kebutuhan kontemporer melalui pengembangan Pasraman dan Event Space di Desa Keramas, Gianyar bekerjasama dengan Tjokorda Gede Dalem Suparsa, S.T, M.Ars, Dosen Program Studi Arsitektur Universitas Warmadewa sekaligus Arsitek di UOS Architecture Studio melalui Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Universitas Warmadewa.
Proyek ini bukan sekadar pengembangan fasilitas fisik, melainkan upaya menyeluruh untuk mengembalikan jati diri budaya Bali yang kian tergerus. Berlokasi di lahan seluas 5000 meter persegi yang dulunya merupakan sawah, Pasraman dan Event Space Grya Gede Kemenuh Keramas dirancang sebagai pusat pendidikan agama dan kebudayaan sekaligus tempat penyelenggaraan berbagai acara, termasuk upacara adat yang mengikuti tren modern namun tetap mempertahankan esensi tradisionalnya.
Mengintegrasikan Tradisi dan Modernitas
Di tengah upaya melestarikan adat dan budaya Bali, tidak dapat dipungkiri bahwa masyarakat kini menginginkan kemudahandan praktisitas dalam menjalankan ritual dan upacara adat. Pasraman dan Event Space ini menawarkan solusi dengan konsep one-stop-shopping, di mana semua kebutuhan upacara adat dapat dipenuhi di satu lokasi. Inovasi ini tidak hanya mempermudah pelaksanaan upacara, tetapi juga mendukung keberlangsungan budaya dengan menyediakan fasilitas modern yang tetap berakar pada nilai-nilai tradisional.
Dalam pengembangan ini, Grya Gede Kemenuh Keramas melibatkan berbagai pihak, termasuk para walaka dan sisya, serta komunitas lokal. Kolaborasi ini dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) untuk menggali visi perencanaan, mengidentifikasi kebutuhan pengguna, serta menentukan desain yang sesuai dengan karakteristik lokal. Hasil dari proses ini adalah master plan yang membagi kawasan menjadi lima zona utama: Area Parkir dan Kantor Administrasi, Area Upacara dan Pasraman, Area Multifungsi dan Ballroom, Area Pembuatan Sarana Banten dan BOH, serta Area Penginapan.
Keberlanjutan dan Pemberdayaan Lokal
Salah satu tujuan utama dari proyek ini adalah memberdayakan masyarakat lokal. Dengan menyediakan ruang untuk pelaksanaan upacara dan acara lainnya, penduduk setempat dapat terlibat aktif dalam pengelolaan fasilitas, membuka peluang usaha, serta meningkatkan perekonomian lokal. Selain itu, konsep event space yang diintegrasikan dengan pasraman tidak hanya mendukung pelestarian budaya, tetapi juga menjadi pusat edukasi bagi masyarakat dan wisatawan untuk lebih mengenal budaya Bali.
Pasraman dan Event Space Grya Gede Kemenuh Keramas juga dirancang untuk berkontribusi pada lingkungan sekitar. Misalnya, lahan kosong di belakang bangunan yang akan digunakan untuk pengembangan ruang pasraman, juga akan difungsikan sebagai lahan parkir tambahan yang dikelola oleh warga sekitar. Dengan demikian, proyek ini tidak hanya menguntungkan secara ekonomi, tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan memberikan dampak positif terhadap lingkungan.
Masa Depan Budaya Bali
Dengan adanya Pasraman dan Event Space Grya Gede Kemenuh Keramas, Bali tidak hanya mempertahankan warisan budayanya, tetapi juga membuka peluang baru di tengah tantangan modernitas. Inovasi dalam konsep dan pelaksanaan upacara adat ini diharapkan dapat menjadi model bagi pengembangan fasilitas serupa di seluruh Bali, yang mampu mengintegrasikan tradisi dan modernitas tanpa kehilangan esensi budaya yang menjadi identitas pulau ini. (jk/r)