Ini Penyebab Rumah Sakit Kasih Ibu Tabanan Dilaporkan ke Polda Bali
DENPASAR-Dewannews.com|Kelurga Harry SD (69) melaporkan manajemen Rumah Sakit Kasih Ibu Tabanan ke Polda Bali karena diduga kurang serius dalam menangani pasian yang akhirnya membuat Harry SD meninggal dunia. Pihak keluarga Harry melaporkan adanya dugaan Tindak Pidana Kesehatan dan Perlindungan Konsumen.
Kepada wartawan, Tisa Irmaningtyas anak dari almarhum Harry SD mengatakan, langkah yang diambil ini untuk mengantisipasi kejadian serupa akan dialami oleh masyarakat lain. “Semoga tidak ada korban lain, seperti yang kami alami saat ini,” kisahnya didampingi dua kuasa hukum, Waldy Chaly Jonathan Hukom dan Dewi Nilam Putri Larasati, ketika di jumpai di lingkungan Polda Bali, Rabu 27 September 2023.
Dijelaskan, peristiwa berawal ketika sang ayah (Almarhum) jatuh sakit Selasa 18 Juli 2023. Walaupun tak memiliki riwayat sakit, ayah mengeluhkan sakit di dada dan keringat dingin. Oleh karena itu sang ibu dan suami membawa saya ke RS Bhakti Rahayu Tabanan sekitar pukul 20.30.
Sementara itu, pelapor menunggu di rumah berserta anak–anak. Sesampainya di IGD, tenaga medis langsung lakukan pemeriksaan EKG dan tekanan darah. Dokter menyatakan papa dari pelapor baik-baik saja. Dan sama sekali tidak terdeteksi penyakit bawaan. Baik hipertensi , diabetes ataupun jantung dan lain sebagainya.
Saat itu pasien masih dalam keadaan baik–baik saja dan di perbolehkan pulang. Walaupun demikian, Dokter Rumah Sakit Bhakti Rahayu menyarankan agar pasien di bawa ke RS yang lebih memadai. Yang memiliki dokter spesialis Jantung, termasuk lakukan cek up.
Harry SD di bawa pulang ke rumah, tanpa ada keluhan apapun sekitar pukul 21.30. “Ayah sempat bilang, mungkin saya masuk angin,” tambah wanita kelahiran Jakarta ini. Sampainya rumah, kawasan Samsam, Kerambitan Tabanan, sang ayah di bawa beristirahat di kamar, tepatnya di lantai dua.
Namun sang ayah kembali merasakan kesakitan pada bagian dada dan alami keringat dingin, sekitar pukul 21.49. Istri dan anak dari almarhum sepakat berangkat ke RS terdekat. Sayang, sang ayah tak bisa jalan normal. Sehingga pada pukul 22.15 WITA keluarga memutuskan untuk memanggil ambulance untuk mendapatkan pertolongan pertama di kediaman.
Yang terdekat adalah Rumah Sakit Kasih Ibu Tabanan. Suami pelapor menghubungi Rumah sakit dan meminta tenaga medis, sekaligus penjemputan menggunakan ambulance. Upaya tersebut di respon setelah pihak keluarga lima kali menghubungi pihak RS Kasih Ibu via telepon.
Sambil menanti petugas medis dan ambulance, keluarga tetap memantau keadaan sang ayah yang terus mengeluh kedinginan dan badannya terasa tidak enak. Sempat meminta bantuan untuk ke kamar mandi karena sebelumnya telah buang air kecil di kasur. Usai dari kamar mandi, beliau kembali ke tempat tidurnya dan tetap mengeluh kedinginan dan kepanasan.
Sang ayah mulai tidak sadar sekitar pukul 22.51. Saat itu keluarga dihubungi oleh pihak Rumah sakit bahwa ambulance tidak menemukan alamat rumah kami. Petugas medis dan mobil ambulance tiba pada pukul 23.00. Dua petugas medis berusaha membangunkan pasien tanpa membawa peralatan medis.
“Saya punya pengalaman jadi relawan. Bukan seperti utu cara petugas medis bekerja,” tambahnya. Karena tak membawa alat medis, pelapor berlari ke ambulans. Tujuannya meminta sopir untuk memanggil tenaga medis lainya dan membawa peralatan medis yang dibutuhkan ke kamar sang ayah.
Ketika berada di liar rumah, ambulans berada di ujung jalan. Ia kembali berlari lantai dua untuk menanyakan kepada petugas medis tersebut SKSN (Peralatan Medis sesuai SOP mobil Ambulance ) akan tetapi mereka tidak menjawab satu katapun. Para petugas medis ini hanya berdiri di dalam kamar tanpa melakukan standar penanganan pertama atau keselamatan pada sang ayah.
Mereka sempat mengenakan oximeter pada jari tangan dan memeriksa mata ayah saya menggunakan cahaya lampu telepon genggam. Mereka tidak membawa stetoskop untuk melakukan pemeriksaan. Lalu mereka bari mengambil tindakan sekitar pukul 23.15. Anehnya petugas medis ini menyatakan sang ayah sudah meninggal.
Walaupun demikian, ayah saya dibawa turun menggunakan tandu oleh 2 tenaga medis, sopir ambulans dan dibantu oleh pihak keluarga. “Saat evakuasi tersebut ayah saya sempat terjatuh dari tandu. Kemudian ayah di bawa ke RS sekitar pukul 23.21,” cetusnya.
Dalam perjalanan salah seorang tenaga medis memasangkan masker oksigen. Saat itu, istri dari pasien secara langsung bertanya. “jika sudah meninggal, untuk apa dipasangkan masker oksigen?”. Namun yang mengagetkan ibu saya tenaga medis itu menjawab “sebagai formalitas”. “Wah menyangkut nyawa, kok seperti itu. Kami tidak terima,” tambahnya.
Masker oksigen tersebut baru dilepas oleh petugas medis, sesampai di IGD Rumah Sakit Kasih Ibu. Lagi-lagi, sang ayah didiamkan tanpa adanya satu penanganan. Lalu beberapa saat kemudian ada dokter jaga IGD baru melakukan pemeriksaan.
Dan kemudian pada saat itu keterangan dari dokter jaga IGD adalah mengatakan ayahnya sudah meninggal.Sambung kuasa hukum pelapor bernama Waldy Chaly Jonathan Hukom, bahwa banyak kejanggalan dalam melakukan penanganan. Baik tidak bawa alat medis, bahkan pemeriksaan mata pakai senter HP, termasuk memasang masker, hingga pasien sempat diabaikan di RS, membuat keluarga tidak terima.
Upaya komunikasi antara keluarga dengan manajemen dan Dirut Kasih Ibu, di kantor RS Kasih Ibu, namu mentok dan sama sekali tidak ada permintaan maaf. Bahkan pihak RS terkesan membela diri. Untuk menghindari kejadian serupa, pihaknya mengambil langkah hukum. “Kami sudah somasi, tapi jawabannya melenceng dari substansi. Karena itu kami lapor,” tuturnya.
Dewi Nilam Putri Larasati menimpali rekan sejawat, bahwa kliennya membayar jasa terkait pihak medis yang datang kediaman almarhum. “Laporan kami tentang Tindak Pidana Kesehatan dan Perlindungan Konsumen disertai banyak bukti. Berharap pihak Ditreskrimsus seger menangani kasus tersebut,” tutup Larasati.
Terkait dengan ini, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Bali Kombespol Jansen Avitus Panjaitan membenarkan. Jubir Polda Bali ini mengaku pihaknya akan dalami terlebih dahulu pengaduan tersebut. “Anggota masih melakukan penyelidikan. Jika sudah ada perkembangan, kami akan sampaikan ke rekan media,” pungkasnya.(TIM DN)