Modal Kuat, Risiko Terjaga! Ini Rahasia Stabilnya Keuangan Bali 2025!

Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu
DENPASAR (Dewannews.com) – Industri jasa keuangan di Provinsi Bali menunjukkan kinerja yang stabil dan tumbuh positif hingga Maret 2025. Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu, menyampaikan bahwa stabilitas ini tercapai berkat kekuatan permodalan, kecukupan likuiditas, serta pengelolaan risiko yang tetap terjaga di seluruh sektor jasa keuangan.
“Pertumbuhan yang kami catat hingga Maret 2025 ini menjadi cerminan kepercayaan masyarakat terhadap sektor keuangan Bali yang terus menguat. Baik dari sisi kredit, penghimpunan dana, hingga geliat pasar modal, semuanya menunjukkan tren yang sehat dan menjanjikan,” ujar Kristrianti di Denpasar, Senin (19/5).
Penyaluran kredit perbankan di Bali mencapai Rp113,82 triliun, meningkat 7,25 persen secara tahunan (yoy), melampaui pertumbuhan tahun sebelumnya. Kredit investasi tumbuh paling tinggi, yakni 16,24 persen yoy, yang menandakan optimisme dunia usaha terhadap kondisi ekonomi Bali. Dari total kredit yang disalurkan, lebih dari separuh atau 51,98 persen diarahkan ke sektor UMKM, dengan pertumbuhan 4,94 persen yoy.
Kredit konsumtif dan sektor perdagangan besar masih menjadi penyerap terbesar, masing-masing mencatatkan pangsa 33,88 persen dan 28,42 persen. Beberapa sektor lainnya, seperti akomodasi serta penyediaan makanan dan minuman, juga tumbuh pesat hingga 17,30 persen yoy.
Dari sisi kualitas kredit, perbankan di Bali tetap solid dengan rasio kredit bermasalah (NPL) gross di level 3,10 persen dan NPL net di angka 2,17 persen, membaik dibanding Februari 2025. Penurunan rasio Loan at Risk (LaR) dari 17,73 persen pada Maret 2024 menjadi 11,62 persen tahun ini juga mencerminkan perbaikan kualitas pembiayaan.
Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencatatkan pertumbuhan dua digit, mencapai Rp192,72 triliun atau naik 10,47 persen yoy, lebih tinggi dibandingkan rata-rata nasional yang hanya 4,76 persen. Kenaikan tertinggi bersumber dari tabungan masyarakat yang meningkat Rp11,97 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 59,06 persen menunjukkan fungsi intermediasi yang tetap sehat. Sementara itu, permodalan perbankan tetap kuat dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 35,27 persen dan Cash Ratio BPR sebesar 14,40 persen.
Dalam sektor pasar modal, jumlah investor di Bali terus tumbuh pesat. Hingga Maret 2025, jumlah investor saham mencapai 151.096 SID, meningkat 22,68 persen yoy. Investor reksa dana dan Surat Berharga Negara (SBN) juga mengalami peningkatan masing-masing 21,80 persen dan 18,11 persen. Nilai kepemilikan saham pun naik menjadi Rp5,36 triliun, sedangkan nilai transaksi mencapai Rp2,25 triliun atau tumbuh 16,83 persen yoy.
Pada sektor pembiayaan, piutang perusahaan pembiayaan di Bali mencapai Rp12,21 triliun atau naik 8,95 persen yoy. Meskipun pertumbuhannya lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, risiko tetap terkendali dengan NPF sebesar 1,03 persen. Pembiayaan banyak tersalurkan ke sektor perdagangan dan jasa penyewaan.
Adapun pembiayaan modal ventura mencatatkan pertumbuhan 3,94 persen yoy, dengan NPF yang membaik dari 1,42 persen menjadi 1,19 persen.
Kristrianti menambahkan, OJK juga terus mendorong literasi dan inklusi keuangan sebagai pondasi penguatan sektor ini. Sepanjang Januari hingga April 2025, pihaknya telah melaksanakan 52 kegiatan edukasi keuangan yang menjangkau lebih dari 4.283 peserta secara langsung dan lebih dari 75.000 orang melalui media sosial.
“Edukasi keuangan kami arahkan ke berbagai kelompok masyarakat, termasuk pelajar, UMKM, ASN, hingga penyandang disabilitas. Kami percaya, literasi dan inklusi adalah kunci utama keberlanjutan sektor keuangan,” jelasnya.
Dari sisi perlindungan konsumen, OJK Bali telah menerima 205 pengaduan sejak awal tahun hingga April. Mayoritas berasal dari sektor perbankan dan peer to peer lending. Sebanyak 165 kasus telah selesai ditangani, sisanya masih dalam proses penyelesaian oleh pelaku usaha maupun konsumen.
Selain itu, OJK Bali juga mencatat permintaan layanan Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) sebanyak 3.967 orang, yang dilayani baik secara online maupun walk-in.
Dengan berbagai indikator positif dan penguatan kelembagaan, Kristrianti optimistis sektor jasa keuangan Bali akan terus tumbuh secara sehat dan berkelanjutan. “Kami akan terus bersinergi dengan pemangku kepentingan, termasuk Bank Indonesia, LPS, serta pelaku industri, untuk menjaga stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi Bali,” pungkasnya. (r)